Kabupaten Malang || Pandawacakra.com_.
Peringatan Milad ke-5 Kelompok Tani Hutan (KTH) Wonosantri menjadi tonggak penting perjalanan perhutanan sosial di Kabupaten Malang. Mengusung tema “Sinergi Hilirisasi Kopi Menuju Perhutanan Sosial yang Mandiri dan Sosial”, acara ini digelar di Dusun Bodean, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Sabtu (27/12/2025).
Kegiatan yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB tersebut dihadiri berbagai unsur legislatif, pemerintah daerah, instansi kehutanan, dunia usaha, tokoh agama, serta perwakilan kelompok tani hutan dari beberapa desa. Hadir di antaranya anggota DPRD Provinsi Jawa Timur Hikmah Bafaqih, anggota DPRD Kabupaten Malang Nur Mutiah faridah, Kepala Desa Toyomarto Sumito, SH, Agus Widodo mewakili Camat Singosari, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Malang, penyuluh kehutanan Wiwin Yuliari, perwakilan PT Otsuka Susilo, Darul Karomah Gus Irfan, serta jajaran pengurus dan anggota KTH.
Selain KTH Wonosantri selaku tuan rumah, acara ini juga diikuti KTH Wonosoborejo, KTH Wonoklampok Lestari, dan KTH Wana Lestari dari Lawang, yang selama ini menjadi bagian dari jejaring perhutanan sosial di wilayah Malang Raya.
Rangkaian acara diawali dengan doa bersama, kemudian dilanjutkan sambutan Ketua KTH Wonosantri, Gus Ulum. Ia menyampaikan kilas balik berdirinya Wonosantri yang bermula dari diskusi sederhana pada tahun 2020 bersama Kepala Desa Toyomarto terkait pengelolaan aktivitas masyarakat di kawasan hutan.
“Awalnya kami fokus pada penanaman dan konservasi hutan. Saat itu, aspek ekonomi belum menjadi prioritas. Seiring waktu dan dukungan berbagai pihak, kini kami mulai melangkah ke pengembangan ekonomi melalui hilirisasi kopi,” ujar Gus Ulum.
Menurutnya, pembentukan kelompok-kelompok tani kopi menjadi langkah strategis agar petani desa memiliki wadah yang kuat, sekaligus memastikan pengelolaan hutan tetap berkelanjutan.
Kepala Desa Toyomarto, Sumito, menegaskan bahwa potensi sumber daya alam harus mampu memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Ia menilai, keberhasilan perhutanan sosial tidak lepas dari sinergi antara organisasi, sumber daya manusia, dan dukungan lintas sektor.
“Tanpa kebersamaan dan optimisme, potensi sebesar apa pun tidak akan berkembang maksimal. Inilah pentingnya organisasi seperti KTH Wonosantri,” katanya.
Sementara itu, anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Hikmah Bafaqih, menyampaikan bahwa perhutanan sosial merupakan solusi strategis dalam menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Ketika hutan dikelola oleh masyarakat lokal yang memiliki ikatan langsung, maka kelestarian lebih terjaga dan manfaatnya kembali kepada warga. Anggota KTH harus menjadi garda terdepan penyelamatan lingkungan,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penyerahan bingkisan secara simbolis kepada KTH Wonosoborejo, Wonoklampok Lestari, dan Wana Lestari (Lawang). Acara dilanjutkan dengan peresmian Unit Pengolahan Hasil dan Hilirisasi Kopi ‘Wonosantri Abadi’ yang menjadi simbol transformasi Wonosantri dari gerakan konservasi menuju penguatan ekonomi berbasis perhutanan sosial.
Peresmian ditandai dengan pengguntingan pita oleh Hikmah Bafakih, didampingi perwakilan Cabang Dinas Kehutanan Malang dan Kepala Desa Toyomarto, serta dilanjutkan pemotongan tumpeng sebagai ungkapan syukur.
Milad ke-5 Wonosantri ditutup dengan doa, ramah tamah, dan foto bersama, memperkuat komitmen bersama untuk terus menjaga hutan, mengembangkan kopi lokal, dan mewujudkan perhutanan sosial yang mandiri, inklusif, dan berkelanjutan.
(Nng).




