
Lawang || Pandawa Cakra.Com__.
Dalam kehidupan sehari-hari kita berada ditengah masyarakat yang bermacam keyakinan dan kepercayaan nya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Namun tetap pada suatu tujuan yaitu menyembah dan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam kesempatan ini, kami pihak redaksi hari Minggu, 11-05-2025 berbincang-bincang dengan seorang sesepuh Supranatural dan sekaligus Pimpinan Kesenian Bantengan Harimau Putih bertempat di Gowa Maling Arjuno Jl. Sumber Mlaten Kel. Kalirejo Kec. Lawang Kab. Malang.
Beliau yang bernama Bopoh Supraun yang mana sudah puluhan tahun bergelut dalam dunia supranatural dan kesenian Bantengan. Dan sangat terkenal Arif Bijaksana dikalangan masyarakat luas atau sekitarnya.
Pada perbincangan ini, Bopoh Supraun memberikan wejangan ilmu pengetahuan tentang makna dan maksud dari mbakar dupa.
Apakah itu dupa, kalau orang jawa dupa itu mati jadi harus kita hidupkan yang mana pikiran kita mati jadi harus kita hidupkan dengan sinau urip sinau hidup, Dupa itu simbul menunjukan dari leluhur kita, menunjukan orang tua bimbingan kita dari pikiran kita mati harus dihidupkan.
Kita harus menyembah yang maha hidup, siapa yg maha hidup kalau kita Sang widi menurut kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa yach ini merupakan simbul dupa kita lahir melalui perantara orang tua.
Dupa itu dibakar 3 atau 5 atau 7, kalau 3 membawa sandang - pangan, rezeki, kalau 5 sedulur papat limo pancer, dan kalau 7 namanya 7 kalau dijawa namanya pitu itu pitulungan atau penolongan Gusti atau Tuhan Yang Maha Esa itu simbul dupa.
Kita membakar dupa karna baunya wangi, harum jadi kita kalau ingin berhadapan dengan Tuhan Yang Maha Esa harus berbau wangi atau harum karena sesuai petunjuk dari leluhur kita
Pada jaman Sunan Kali Jaga yaitu tidak ada minyak wangi tapi membakar dupa atau kamenyan, kamenyan itu istiilah membuat doa wiwitan atau doa yang kita ajukan permulaan namanya kamenyan kawiwitan.
Mangka itu kalau kita ingin berhadapan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehatusnya kita memakai yang mewangian atau bunga ada 3 bunga telon supaya apa telon jadi agar diteloni atau diayomi.
Bunga apa yang kita sajikan nama saji itu rasa jadi siji bukan istilah bunga buat makan setan tapi untuk kita berbakti kepada leluhur kepada Tuhan Yang Maha Esa memakai bunga kantil, bunga kenongo, bunga mawar arti dari bunga kenongo atau mawar, kantil.
Kalau kenongo hidup bisa saja begini begitu asal tau, kalau bunga mawar hidup itu maneko warno yg hidup ada yang tinggi, rendah, sederhana ada yang kaya itu arti dari bunga kenonggo dan mawar.
Kalau bunga kantil itu wes kumantil hidup kita kepada tuhan yang maha esa itu manunggal kawulo gusti jadi kita sama - sama pada Tuhan kita didalam ataupun diluar ini sudah Sabdo Sinabdo sama leluhur kita yang menggali keoercayaan agama Kapitayan, percaya Tuhan yang nyata yang bernama itu tuhan istilah nya ada tapi tdk nyata seperti apa bernapas yg kelau kita menghirup udara masuk keluar masuk ini sdh tdk ada tdk nyata.
Kenapa karna itu punya tuhan yang maha esa yaitu yg digali orang jawa suwung sejatinya ada ngak Ono tapi Ono itu para leluhur kita dengan kita kita sebagai anak Waya yaitu yg meluruskan sejarah bahwa tuhan itu ada berada pada dirinya masing masing karena tuhan dimana mana ada yang ilmunya
Manunggal Gusti yaitu kembang kantil sudah kumantil hidup ini ada diraga kita karma raga ini titipkan pasti akan musnah dari hidup yang namanya hidup langgeng dan hidup yg sejati abadi.
Demikian ungkapan dari saya tentang membakar dupa, dupa itu sejati rasa jadi siji rasa jadi satu terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
sekian terimakasih ucapan dari Bopoh supraun kalau ada tutur kata yang salah atau kekurangan mohon dimaafkan sama para kadang kadang seluruh Nusantara, Rahayu Rahayu Sakti Dumadi Kamuliyaning Jagad.
(Lia).